KISAH NYATA!!! KARENA MENGHINA SERUAN AZAN 3 ORANG LELAKI INI TEWAS MENGENASKAN..!!!!



Kisah nyata yang terjadi di Malaysia, 4 orang pemuda berkumpul disaat Magrib menjelang dan nongkrong sambil mempermainkan seruan adzan, dan setelah azan selesai kembali bubar dan Lelaki 3 dari 4 lelaki ini tewas menggenaskan dalam sebuah kecelakaan.

ILUSTRASI

Jika kita punya waktu membuka Al Quran, Allah Ta’ala dengan tegas berfirman di dalam surat Al-Maidahayat 58,
Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau menggunakan akal.

Pemuda ini sebenarnya tahu bagaimana jika mempermainkan Azan, namun mereka menganggap itu hal biasa saja, setelah kejadian baru tersadar bahwa menghina azan akan mendapat Azab dari Allah, baik di dunia dan di Akhirat. Semoga kisah ini akan menjadikan kita lebih aware akan seruan azan, kalaupun kita sedang sibuk sempatkan sdikit untuk melakukan shalat, kalaupun tidak atau belum melakukan shalat jangan pernah menghina seruan Allah ini.

Ini kisah selengkapnya;

Suatu bunyi yang sangat kuat dan mengerikan terdengar di depan saya …
Empat lima kali lagi suara dentuman itu hinggap di telinga saya,
kemudian terdengar pula suara benda jatuh dan terseret diatas jalan
raya. Api memercik dari tempat benda yang terseret itu. Serentak itu
saya terdengar suara orang menjerit-jerit ..

Ban direm mendadak dan kemudian, DDDAAAMMMM !! DDAAMMM !!
Terdengar lagi suara dentuman dan jeritan. Semuanya terjadi terlalu
cepat. Saya segera menekan rem dan sebaik motor berhenti, saya
terus menyalakan lampu.

Ya Allah … !!!!!

Saya tergamam .. Di hadapan saya tampak teman tergelimpang
diatas jalan. Uzi (NAMA SAMARAN) tertiarap tidak bergerak-gerak. Fahi (nama Samran) di bawah sebuah
motor yang masih mengaum mesinnya. Yang lain-lain juga hampir sama
keadaannya ….

Ada yang terbaring sambil meraung, ada juga yang menekup muka dipenuhi
darah dan beberapa orang lagi memegang lengan dan kaki. Baju mereka
koyak rabak. Suara meminta tolong dan mengaduh kesakitan silih berganti ..

Saya segera membantu teman yang sakit itu. Kebetulan ada
sebuah mobil melalui jalan tersebut. Lantas sopir dan penumpang
mobil tersebut turun membantu kami ..

Ketika mengangkat Fahi yang terbaring di bawah sebuah sepeda motor, saya
terasa seperti hendak menangis karena kondisinya sangat mengerikan.
Kepala sahabat saya itu pecah dan dipenuhi darah. Mukanya hancur dan
beberapa benjolan putih di sisi kepalanya yang pecah itu !!!!

Ya Allah, Fahi! Fahi !!!!

Kami angkat Uzi pula …. Saat diangkat, kakinya terkulai dan lengan
kirinya putus sebatas siku !!!!

Badan saya menggigil …. Saya benar-benar panik. Kawan-kawan yang terluka
semua diletakkan ditepi jalan ..

“Uzi! Uzi !!! “kami memanggil-manggil nama Uzi, tapi dia tidak
menyahut lagi. Kami tidak tahu apa yang akan dibuat, kami tidak
menyangka kecelakaan ini akan terjadi ..

Untungnya dalam kekalutan itu ada sebuah lagi mobil melalui jalan
tersebut beberapa menit kemudian dan menolong kami membantu teman
yang terluka tadi ..

“Mana Amra (nama samarn)?” Saya dengar seseorang bertanya ….
Oh ya, Amra !!!
Kami mencarinya, dan sahabat kami itu bersama motornya ditemukan

dalam parit di tepi jalan yang dipenuhi semak samun serta air sejajar
lutut. Dan, sekali lagi saya hampir meneteskan air mata ketika melihat
mukanya juga hancur dan dipenuhi darah.

Kami rasa nadi dan nafasnya. “Amra! Amraaa! ‘
Semua yang terluka itu di bawa ke rumah sakit dengan bantuan kendaraan
kendaraan yang melalui jalan tersebut. Saya turut ke rumah sakit dan malam

itu, saya meneteskan air mata ketika diberitahu, selain Fahi, Amra
juga meninggal dunia.

Esoknya, mayat kedua sahabat baik saya itu aman dimakamkan.
Fahi pergi meninggalkan kami dalam kondisi kepalanya pecah, tangan dan
kaki patah.

Salah satu dari biji matanya hilang.
Amra pula patah tengkuk dan tulang belakang. Kubur Amra dan Fahi
digali dengan excavator dan keduanya dimakamkan dalam satu liang
lahad.

Hanya saya dan
tiga empat orang lagi sahabat yang dapat
menghadiri upacara pemakaman tersebut, sisanya masih di rumah sakit.
Dua minggu kemudian, Uzi pula menghembuskan nafas terakhir setelah koma
dan terinfeksi kuman akibat operasi yang dilakukan pada tangan dan
kaki kakinya. Kematiannya turut disebabkan oleh cedera dalam,
terutama dada, akibat terhentak di atas jalan raya.

Seorang lagi teman kami, sampai sekarang cacat karena tulang kakinya
remuk akibat kecelakaan tersebut. Sekarang, teman saya itu berjalan
tempang ..

Apa Sebenarnya penyebab kecelakaan itu ??, saya bertanya pertanyaan
tersebut kepada teman-teman. Cerita mereka, itu disebabkan ketika kelompok
lima buah sepeda motor yang memimpin perlombaan itu tertunggu-tunggu
kedatangan kami yang tercecer ini.

Lebih 10 menit menunggu kami tidak muncul-muncul, mereka mulai merasa
pelik. Kata sepeda motor masing-masing laju sangat, tapi takkanlah sampai
10 menit ketinggalan.

Lantas, seorang dari mereka menyarankan
disusul kelompok yang tertinggal tadi. Masing-masing setuju. Mereka pun
berbalik dan berlomba lagi di dalam gelap. Ketika sedang
melaju sepeda motor masing masing itulah kami bertabrakan.
Kecelakaan itu menjadi bertambah buruk karena kami semua tidak memakai
helm.

Sebab itu Fahi dan Amra cedera parah di kepala, begitu
juga dengan teman-teman lain yang terluka di wajah akibat terseret di atas
jalan.

Selain kehilangan tiga orang sahabat, kecelakaan itu juga telah
menginsafkan saya tentang kebesaran dan keagungan Allah. Pertama,
bersyukur karena malam itu saya berada di tempat tercorot. Sempatlah
saya pengereman dan menghindari bertabrakan.
Sebelum Kejadian Tabrakan
Saya menginsafi dengan sesungguhnya, kita jangan sekali-kali
mempermain-mainkan Allah dan agama, termasuk azan yang dikumandangkan

untuk menyeru kita shalat. Jangan, jangan sekali-kali!
Saya bilang begitu sebab sebenarnya, pukul 6.30 petang sebelum kecelakaan,

kami berkumpul di simpang jalan sambil bermain gitar. Kami puas nongkrong, sampailah azan Maghrib berkumandang.
“ALLAHU AKBAR … ALLAH HU AKBAAARRRR !! “ASYHADUALLAILA HAILLALLAAAAAHHHHHH!”
Saya terus diam, menghormati seruan azan dari masjid sekitar 200
meter dari tempat kami nongkrong itu. Kami diam mengunci mulut, kecuali
Fahi yang tiba-tiba saja bersuara …
“Ran … coba kau cari kode ni!”
“Kode apa?” Saya masih ingat, itulah jawaban Amra ketika ditanya oleh
Fahi.
“Kode azanlah! Cepat, nanti habis pulak “, jawab Fahi.
Saya terdiam. Tercengang. Akan marah ada, terkejut pun ada. Saya gelak
dan berkata, “gilalah engkau ni, maksud saya, janganlah azan itu dibuat
main.

Azan bukan lagu untuk dicari kode musik dan iramanya. Tapi Amra
dan Fahi terus tertawa.
Saya masih ingat lagi, setelah Fahi mengatakan demikian, Amra terus
memetik gitar yang sejak tadi dikepitnya.
GRENGGG !!! GREENGGG !! Tinggi juga suara bilal tu, “kata Fahi saat
Amra mencoba beberapa kode yang dianggap senada dengan suara muazin.
Kemudian, saya juga dengar Uzi menyela dan tertawa. Uzi pula memetik
tali bass gitarnya. Dua irama bergabung mengikuti alunan azan. Mereka
mengajak saya untuk turut memetik gitar, tapi saya menolak.
Masih jelas dimata saya, Maghrib itu Amra dan Uzi
bermain gitar melagukan suara azan.

Fahi pula memberi semangat agar
dua sahabat kami itu menemukan kode yang tepat. Sambil itu mereka menyeringai.
Kami hanya menggelengkan kepala …. Saya tidak sanggup akan
melagukan azan dengan gitar sebab saya yakin, macam hari-hari
sebelumnya, sore itu saya akan menanggung dosa besar karena tidak
menunaikan shalat Maghrib.

Saya tidak ingin menambah dosa itu
dengan dosa mempermainkan azan.

Apa yang terjadi tidak bisa ditarik kembali.

close
==[ Klik disini 2X ] [ Close ]==