Merinding, Siswi di Tabanan Histeris Dengar Suara Nyanyian Nyi Roro Kidul, Ternyata Ini Adalah Pertanda…((BIKINMERINDING)),



Dua hari pasca pagelaran tari kolosal Rejang Sandat Ratu Segara di Tanah Lot, sejumlah siswa masih mengalami kerauhan (kerasukan) massal di sekolah seperti di SMPN 3 Selemadeg Timur, Tabanan, Senin (20/8/2018) siang.

Pihak sekolah pun merasa khawatir dengan kondisi tersebut.

Sehingga memutuskan untuk ngaturang guru piduka sebagai simbol mepamit di Pura Luhur Tanah Lot.

Baca: Pebasket Jepang Akui Telah Bawa PSK ke Hotel, Tergoda Usai Ditegur di Restoran

Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah SMPN 3 Selemadeg Timur, Putu Arka Bujangga.

Dia menuturkan, awalnya sebanyak 25 siswinya mengikuti tari kolosal yang sakral tersebut.

Usai pementasan pada Sabtu (18/8/2018), tujuh siswi diantaranya justru mengalami kerauhan di Tanah Lot.

Kerauhan berlanjut di sekolah pada Senin (20/8/2018) siang.

“Yang ikut 25 siswi, tapi yang kerauhan tujuh siswi. Tapi tujuh siswi ini malah kesurupan kembali ketika berada di sekolah. Seketika berteriak histeris saat sembahyang di pura sekolah,”

“Awalnya satu orang yang kerauhan, kemudian siswa lainnya juga mengalami kesurupan,” ungkapnya saat mengantar para siswa menggelar persembahyangan atau ngaturan guru piduka di Pura Tanah Lot.

Pujangga pun menuturkan, mendengar cerita dari siswi yang kerauhan tersebut cukup membuat merinding.

Baca: 7 Siswi di Tabanan Mendengar Suara Nyanyian Nyi Roro Kidul, Persis Kejadian di Tanah Lot 2 Hari Lalu

Pasalnya, siswi yang sempat kerauhan selalu mendengar gamelan dan nyayian Ratu Segara Nyi Roro Kidul seperti saat pementasan tarian kolosal ini.

“Kami yang juga merasa khawatir dengan keadaan siswa yang tidak ada hentinya kesurupan. Akhirnya berangkat ke pura luhur Tanah Lot untuk mepamit,” tandasnya.

Sebelumnya, 1.800 penari Rejang Sandat Ratu Segara menari dengan diiringi lantunan gamelan di Pantai Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, Sabtu (18/8/18) pukul 18.00 Wita.

Namun, usai sukses menari dalam waktu 11 menit ini, ratusan penari tampak kerauhan.

Menurut pantauan, ratusan penari yang mengalami kerauhan ini diperciki tirta oleh pemangku untuk menenangkannya.

Lokasi dari penari yang kerauhan pun tak menentu, ada yang mengalaminya di areal pantai maupun tempat lainnya.

Sebelumnya, Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti yang juga sebagai perancang tari kontemporer sakral ini mengatakan, makna dari tarian ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada ibu pertiwi.

Kemudian mengingatkan umat manusia bahwa kehidupan itu berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Dan tarian ini merupakan bentuk rasa syukurnya.



“Tarian ini merupakan bentuk rasa syukur kita, rasa terimakasih kepada alam atau sang ibu yang sudah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia tanpa meminta,”

“Artinya ini adalah tarian ini jga mempunyai tujuan mengajegkan jagat Bali dan nusantara,” jelasnya.

Kenapa disebut sakral, kata dia, karena hanya akan dipentaskan pada momen tertentu sesuai dengan pawisik yang diterima.

Kemudian, pada saat menari kain tidak boleh kotor, kemudian jumlahnya kelipatan 9, 18, 27, dan seterusnya karena merupakan lambang kasih sayang.

“Dengan tarian ini semua alam mahkluk beserta seluruh isinya mudah-mudahan kasih,” katanya.(*)
close
==[ Klik disini 2X ] [ Close ]==