Subhanallah...!!! Ada 1 Kata di Al Quran yang Berasal dari Bahasa Asli Indonesia Ini Bukti-buktinya....


Bulan Ramadhan pada tanggal 17 merupakan hari paling istimewa. Di malam itu dikenal dengan nama Nuzulul Quran.

Nuzulul Quran adalah hari dimana diturunkannya Al Quran pertama kali oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril ke Nabi Muhammad SAW.

“Bulan Ramadan, bulan yang di padanya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Qs. Al Baqarah: 185)

Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Ini dikarenakan Al Quran turun di tanah Arab dan risalah ini diemban oleh orang Arab yaitu Rasulullah SAW.

Karena itu Al Quran disebut juga kalam Ilahi.

Namun siapa sangka ternyata ada kata di dalam Al Quran yang merupakan bahasa serapan dari bahasa orang Indonesia.

Di dalam ceramahnya, Ustaz Adi Hidayat memberikan gambaran mengenai hubungan Arab dengan Nusantara sebelum ada Indonesia.

Di Nusantara ada tempat yang namanya Baros. Letaknya di Sumatera di daerah Sumatera Utara.

Menurutnya, orang Arab sering mampir ke Baros dalam melakukan ekspedisi perdagangan.

Orang Arab menyebut Baros dengan Barus karena memang dalam bahasa Arab ‘O’ menjadi ‘U’.

Baca: Begini Cara Celine Evangelista Memberikan Kasih Sayang ke Putri Angkatnya yang Beranjak Remaja

Baros adalah tempat satu-satunya di dunia yang memproduksi kapur.

Maka dikenallah nama kapur barus. Ustaz Adi Hidayat mengatakan, di Arab tidak ada kata kapur.

“Kapur bukan bahasa Arab, bukan bahasa Yunani, bukan bahasa Jepang. Kapur adalah asli bahasa Indonesia,” ujarnya.

Karena ada hubungan perdagangan, pedagang Arab menyebarkan kapur di wilayahnya. Jadilah kata kapur diserap ke bahasa Arab.

Maka kapur jadi bahasa Arab dengan tulisan kafur.

Ketika Nabi Muhammad SAW mulai mengemban risalah kenabian, maka hubungannya bukan lagi hubungan perdagangan.

Hubungan yang terjalin berubah menjadi hubungan keislaman.

Diantara sekian banyak ayat Al Quran, ada satu kalimat Al Quran yang mengabadikan hubungan Haramain dengan Nusantara.

Yaitu terletak pada surat Al-Insaan ayat 5.

“Sesungguhnya orang yang ikhlas dan banyak berbuat ketaatan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah Kaafur (kapur surga yang berbeda dengan kapur dunia)”

Pandangan ini juga pernah ditulis oleh seorang wartawan bernama Agung Y. Achmad di Majalah Tempo edisi 9 Agustus 2010.

Menurutnya, bahasa Melayu juga memperkaya bahasa Arab, setidaknya melalui terminologi kafur.

Bahkan, dalam Al-Quran kata itu disebut, yakni pada surat Al-Insan ayat 5: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kapur.”

“Dalam suatu orasi ilmiah di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 11 Desember 2001, Nurcholish Madjid menyebutkan, “… Yang dimaksud ‘kafur’ di situ adalah kapur dari Barus (Tapanuli Tengah-pen.), yang saat itu sudah merupakan komoditas yang sangat penting di Timur Tengah, bahkan ada indikasi sejak zaman Nabi Sulaiman.” Karena itu, adalah hal normal belaka bila kata kafur masuk ke kesadaran linguistik masyarakat Arab-basis bahasa Al-Quran-kala itu,” tulis Agung Y Achmad.

Dikutip dari Wikipedia, Kota Barus adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Indonesia.

Ibukota kecamatan ini berada di kelurahan Padang Masiang.

Kota Barus sebagai kota Emporium dan pusat peradaban pada abad 1 – 17 M, dan disebut juga dengan nama lain, yaitu Fansur.

Pada masa lalu Kapur Barus dan rempah-rempah merupakan salah satu komoditas perdagangan yang sangat berharga dari daerah ini dan diperdagangkan sampai ke Arab, dan Persia.

Kapur Barus sangat harum dan menjadi bahan utama dalam pengobatan di daerah Arab dan Persia.

Kehebatan kapur ini pun menjalar ke seluruh dunia dan mengakibatkan dia diburu dan mengakibatkan harganya semakin tinggi.

Eksplorasi yang berlebihan dari kapur barus ini mengakibatkan tidak ada lagi regenerasi dari pohon yang berusia lama ini.

Saat ini sangat susah menemui pohon kapur barus, kalaupun ada umurnya masih belum mencapai usia memproduksi bubuk yang ada di tengah batang pohon.

Barus kota tua, menjadi salah satu tujuan wisata bagi para peneliti arkeologi islam, baik dari dalam negeri dan dari luar negeri, khususnya di Lobu Tua dimana peneliti Prancis dan Indonesia melakukan eksplorasi arkeologi.

Saat ini kita dapat melihat peninggalan sejarah Islam di Barus, yaitu dengan adanya makam Papan Tenggi dan makam Mahligai.

close
==[ Klik disini 2X ] [ Close ]==