HEBOOH.!! Bocah 2,5 Tahun Di Sukabumi Doyan Rokok dan Kopi, Sering Ngamuk Hingga Dikira Kerasukan Arwah, Ternyata Hal Mengejutan Ini Yang Terjadi…



RA bocah lelaki berusia 2,5 tahun asal Desa Tenjo, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi sempat dikira kemasukan sosok arwah neneknya.

Sebab, sudah satu bulan terakhir ini, putra bungsu pasangan Misbahudin (36) dengan Maryati (35) mendadak menjadi doyan rokok dan kopi.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi pun saat ini sudah turun tangan agar anak tersebut berhenti merokok.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Hendra Priatna, mengatakan jika pihaknya sudah turun untuk memberikan pendidikan kesehatan (Penkes) kepada si anak tersebut.

Tak hanya itu, pihaknya juga akan berusaha menyembuhkan bocah tersebut dari kecanduan rokok yang memang sangat membahayakan kesehatannya.

“Kita dari Dinkes memberikan penkes, pendidikan kesehatan, termasuk orangtuanya. Rencananya semua, dari (Dinas) sosial, semuanya, rencananya (RAP) akan dibawa untuk penyembuhan,” kata Hendra saat dihubungi TribunnewsBogor.com, Rabu (15/8/2018).

Ia juga mengaku khawatir dengan kesehatan RS terutama dibagian paru-parunya karena sering menghisap rokok.

“Paru-parunya belum kuat, otomatis dampaknya, peran orangtua penting di situ. Jangankan balita, orangtua aja merokok gak boleh,” katanya.

• Soal Ancaman Maruf Amin ke Jokowi, Andi Arief: Tekanan Politik yang Tak Bisa Ditukar dengan Uang

Berdasarkan hasil penyelidikan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, kata dia, anak berumur 2,5 tahun yang saat ini tengah kecanduan rokok itu dikarenakan kesalahan persepsi keluarganya yang di luar nalar.

Hendra melanjutkan, ketika RA mulai memungut puntung rokok, keluarga menganggap RA sedang kerasukan arwah.

Karena salah persepsi itu, sambung dia, pihak keluarga memberi RA kopi dan sebatang rokok yang dianggap sebagai ‘sesajen’.

“Keluarga menyangka anaknya kerasukan neneknya yang sudah meninggal. Keluarga menyiapkan kopi dan satu batang rokok, jadi ada persepsi yang salah ya dari keluarga,” lanjut Hendra ketika dihubungi TribunnewsBogor.com, Kamis (16/8/2018).

Berdasarkan hasil penyelidikan timnya itu, Hendra mengatakan bahwa ketika RA sedang merengek pun, keluarga juga menganggapnya sedang kerasukan arwah neneknya.

Sehingga, anak tersebut kerap diberi rokok dan kopi di waktu pagi hari, siang dan malam sejak sekitar 1 bulan terakhir.

Hendra menyebut bahwa tubuh R kini dalam kondisi baik namun perlu pemeriksaan lebih lanjut.

“Kalau menurut Dinas Kesehatan, R tidak perlu direhabilitasi karena memang kalau di media kan viralnya perokok gitu, gak juga sebetulnya, masih bisa berhenti,” kata Hendra.

• PKS dan Demokrat Kena Semprot Yenny Wahid Soal Isu SARA, Jangan Cuci Tangan, Tanggung Jawablah

Ia menjelaskan bahwa penanganan pertama dari dinas kesehatan adalah memberikan Pendidikan Kesehatan (Penkes) untuk orangtuanya.

Sementara untuk R, kata dia, masih dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di lapangan.

“Kalau dampak pasti ada ya kalo anak-anak karena paru-paru belum kuat, nanti kita evaluasi lagi. Apabila R nanti perlu dironsen, ya kita ronsen,” ungkapnya.

Orangtua Pasrah

Orangtua RAP pun mengaku pasrah dan tak berani melarang anaknya yang kini sudah kecanduan rokok.

Sebab, putra bungsu dari pasangan Misbahudin (36) dengan Maryati (35) warga Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi ini bisa mengamuk seharian.



“Terus-terusan minta, ngamuk. Gak mau jajan, ngerokok sekarang mah. Saya bilang, gak boleh ya, ya ngamuk, mau gimana lagi,” ungkap Maryati (35) ibu kandung RA kepada wartawan, Senin (13/8/2018).

Menurutnya, sang anak sudah rutin menghisap roko sekitar 1,5 bulan lamanya.

Bahkan, sang anak menjadi lebih memilih menghisap roko ketimbang jajan makanan layaknya usia anak-anak.

“Dalam sehari bisa menghabiskan sampai dua bungkus rokok,” ungkap Maryati, ibu RAP saat ditemui dirumahnya Selasa (14/8/2018) seperti dikutip dari Kompas.com.

Maryati becerita, putra bungsunya itu kerap kali mengamuk ketika tak dikasih roko.

Terlebih saat pagi dan sore hari.

“Tiap hari ngamuk terus, pagi-pagi tuh jam 05.00 WIB ngamuk terus minta rokok, mau jam 03.00 WIB bangunnya juga minta rokok ngamuk,” kata Maryati kepada wartawan, Senin (13/8/2018).

Sebagai orangtua, Maryati juga tak tahu persis kapan pastiya anaknya itu mengenal rokok.

Menurutnya, awal mula sang anak mengenal rokok ketika RAP kerap kali memungut puntung rokok untuk dia kumpulkan.

“Ini ada 1 bulan setengah, pertama dia mungutin puntung (rokok), terus aja dia kumpulin,” kata Maryati.

Semula, Maryati mengira bahwa puntung-puntung rokok itu akan dimakan oleh RAP hingga dia pun mencoba melarangnya namun anaknya itu malah marah-marah.

“Mau nyari apa ?, jangan dimakan !, buang yah, buang. Dibuang malah marah, terus aja gitu,” ucap Maryati.

Hingga akhirnya, Maryati menuturkan, pada suatu hari anaknya itu meminta untuk menghisap puntung rokok yang dia pungut itu.

Ketika dicegah, kata dia, RAP kerap marah-marah dan mengamuk sampai akhirnya terus menerus kerap meminta rokok.

“Tiap hari ngamuk terus, pagi-pagi tuh jam 05.00 WIB ngamuk terus minta rokok, mau jam 03.00 WIB bangunnya minta rokok ngamuk. Kan diisep tuh (rokok) barusan, tidur sampai dibawa-bawa, dia bangun nyariin rokok gak ada karena saya bawa, dia ngamuk,” ungkapnya.

Menurut Maryati, sejauh ini kondisi kesehatan putranya masih terbilang baik.

“Enak katanya, barusan juga (RAP) ditanya, enak katanya,” ungkap Maryati.

Rupanya bukan cuma rokok, bocah kecil itu juga kerap kali ngopi seperti orang dewasa.

“Selain merokok, anak saya juga suka ngopi. Tapi kopinya yang moccacino,” tutur dia.

“Sudah rutin setiap pagi harus ada kopi sama rokok,” sambungnya.

Kendati demikian, dilubuk hatinya yang paling dalam berkeinginan agar putra bungsunya itu berhenti merokok.

Namun, ia mengaku sudah kebingungan dan kehabisan akal agar sang anak tidak lagi menghisap rokok.

“Ya, ingin sekali anak saya bisa berhenti merokok dan ngopi, tapi gak tahu bagaimana,” ungkapnya.

Penulis: Damanhuri
Editor: Ardhi Sanjaya

close
==[ Klik disini 2X ] [ Close ]==